Tiga Versi Pembunuhan Kayla

Kayla ditemukan tewas dengan luka menganga dipergelangan tangan kiri, sayatan dipipi, dan lidah terpotong. Darahnya sudah kering waktu kabar itu tersiar, ketika orang-orang mulai berdatangan. Tapi orang-orang tidak sanggup merangsek kedalam, terhalang oleh garis polisi dan penjagaannya yang ketat.

Malam sebelumnya, beberapa orang mengaku melihat Kayla masuk kerumahnya bersama seorang pria bertubuh tinggi besar. Ketika ditanyai bagaimana ciri-ciri laki-laki itu, apa baju yang dipakai, kendaraannya apa, orang-orang itu menjawab dengan jawaban yang berbeda-beda.

akhirnya jenazah itu diangkat masuk ke ambulans, kerumunan pun bubar.

***

Keesokan paginya, aku berangkat kerja dengan menggunakan kereta. Karena tidak punya kawan bicara, aku membeli sebuah koran murah yang tidak ternama. Kereta mulai berjalan, aku cepat-cepat menduduki bangku yang masih kosong.

Aku mulai membuka koran itu. Dirubrik kriminal, kudapati berita soal kemarin. Tercetak tebal “Kayla, Korban Cinta Segitiga”.

Aku mulai membacanya pelan.

“Kayla (25), Senin 23 mei malam, ditemukan tewas dirumahnya. Biduan cantik itu diduga menjadi korban pembunuhan. Mayat Kayla ditemukan oleh pembantunya sekitar jam 9 malam, yang langsung mengabarkannya ke aparat. Pihak keluarga Kayla menyatakan akan menuntut keras pelaku pembunuhan. Bersambung ke hal 11, Baca Biduan Cantik.”

Aku malas membacanya lagi. Judul dan isinya tidak sebanding. Tadinya aku berharap isi beritanya bakal penuh drama, selayaknya sebuah cerita dalam film. Melipat koran, aku mulai memandang sekeliling. Melirik seorang disebelahku yang tengah serius membaca koran yang berbeda dengan aku. Sempat kubaca tadi dikoran yang ia pegang, “Kayla Dibunuh Kekasihnya Sendiri”.

Stasiun demi stasiun terlewati, beberapa penumpang baru naik, kereta mulai penuh. Seorang pria yang tidak kebagian tempat duduk berdiri didepanku. mendekap tas, dan koran. Lagi-lagi, berita tentang Kayla. Terbaca dari korannya yang terlipat, “Kayla tewas ditangan kekasih gelap”. Aku menggelengkan kepalaku.

Tiga versi dari tiga koran berbeda ini membuatku khawatir, penyelidikan yang lambat akan membuat kasus ini mengendap. Bukan tidak mungkin kasus ini malah bakal dilupakan, seperti yang sudah-sudah.

Padahal pesan yang ingin kusampaikan waktu itu adalah: “Aku benci penyanyi yang cuma modal tampang”. Aku berharap pesan itu dapat ditangkap, dan tidak dilupakan…

Tidak ada komentar: