Koh Han memandangi pelanggan kedainya dengan berseri-seri. Kedainya ramai. Bukan soal pemasukan uang yang membuat ia senang, tapi, sebagai seorang ahli masak, ia puas mengamati orang-orang menikmati kreasi masakannya. Berjalan berkeliling, ia sempat mencuri dengar pujian dari seorang pelanggannya. "Tahu goreng a la Koh Han ini, bumbunya meresap, tidak berminyak. Rasanya ini tahu goreng terenak yang pernah aku makan" Koh Han tertawa senang sambil mengelus-elus perutnya yang buncit, lalu mendatangi orang itu. "Sekalipun enak, tapi nikmatilah pelan-pelan, ini bukan fast food, tapi slow food!" ujar Koh Han, terkekeh senang. "Bukan fast food?" orang itu menyanggah, "Aku kira menggoreng tahu itu termasuk dalam masakan cepat saji" Koh Han tertawa kecil, "Bukan soal cepat atau lambatnya, saudaraku. Tapi aku mengembalikan makanan ke jati dirinya yang sejati." Pelanggan itu mengernyitkan dahi, tidak mengerti. Koh Han pun memahami itu, ditepuk-tepuknya pundak pelanggannya itu dengan ramah. Sambil tertawa-tawa. "Ah, Nikmati sajalah masakanku ini, pelan-pelan. Rasakan nikmatnya meresap di lidah" Tahu dipiring pelanggan itu habis, dan ia memesan seporsi lagi. Koh Han menyampirkan serbet kebahunya, kemudian berlalu, menuju dapur. Menyiapkan pesanan itu, tidak lama, tahu goreng a la Koh Han itu siap dihidangkan. Pelanggan itu menyantapnya dengan sebat, secepat cara Koh Han menyajikan untuknya. Dalam benaknya tidak ada yang berubah. Tahu goreng a la Koh Han itu fast food. |
The theme of a fable is its moral. The theme of parable is its teaching. The theme of a piece of fiction is its view about life and how people behave.
Slow Food
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar